Jika ingin memasang IKLAN di Blog ini bisa Hub : 085693505299


MINAT !! SIKAT !!!

SELAMAT DATANG DI BLOG CALISTUNG PEMBELAJARAN , SEMOGA APA YANG DI BERIKAN CALISTUNG PEMBELAJARAN INI BISA BERMANFAAT...AMIIIN

Pages

Sastra Anak

1. Pengertian Sastra Anak-Anak

Secara  konseptual,  sastra  anak-anak  tidak  jauh  berbeda  dengan  sastra 
orang  dewasa  (adult  literacy).  Keduanya  sama  berada  pada  wilayah  sastra  yang 
meliputi  kehidupan  dengan  segala  perasaan,  pikiran  dan  wawasan  kehidupan. 
Yang membedakannya hanyalah dalam hal fokus pemberian gambaran kehidupan 
yang bermakna bagi anak yang diurai dalam karya tersebut. 
Sastra  (dalam  sastra  anak-anak)  adalah  bentuk  kreasi  imajinatif  dengan 
paparan  bahasa  tertentu  yang  menggambarkan  dunia  rekaan,  menghadirkan 
pemahaman  dan  pengalaman  tertentu,  dan  mengandung  nilai  estetika  tertentu 
yang  bisa  dibuat  oleh  orang  dewasa  ataupun  anak-anak.  Apakah  sastra  anak 
merupakan  sastra  yang   ditulis  oleh   orang  dewasa    yang    ditujukan   untuk 
anak-anak  atau  sastra  yang  ditulis  anak-anak  untuk  kalangan  mereka  sendiri 
tidaklah  perlu  dipersoalkan.  Huck  (1987)  mengemukakan  bahwa  siapapun  yang 
menulis  sastra  anak-anak  tidak  perlu  dipermasalahkan  asalkan  dalam 
penggambarannya  ditekankan  pada  kehidupan  anak  yang  memiliki  nilai 
kebermaknaan bagi mereka. Sastra anak-anak adalah sastra yang mencerminkan 
perasaan dan pengalaman anak-anak melalui pandangan anak-anak (Norton,1993). 
Namun  demikian,  dalam  kenyataannya,  nilai  kebermaknaan  bagi  anak-anak  itu 
terkadang dilihat dan diukur dari perspektif orang dewasa. 

2. Manfaat Sastra Anak-Anak 

Sebagai  sebuah  karya,  sastra  anak-anak  menjanjikan  sesuatu  bagi 
pembacanya  yaitu  nilai  yang  terkandung  di  dalamnya  yang  dikemas  secara 
intrinsik  maupun  ekstrinsik.  Oleh  karena  itu,  kedudukan  sastra  anak  menjadi 
penting      bagi  perkembangan  anak.  Sebuah  karya  dengan  penggunaan  bahasa 
yang efektif akan membuahkan pengalaman estetik bagi anak. Penggunaan bahasa 
yang  imajinatif  dapat  menghasilkan  responsi-responsi  intelektual  dan  emosional 
dimana  anak  akan  merasakan  dan  menghayati  peran  tokoh  dan  konflik  yang 
ditimbulkannya,  juga  membantu  mereka  menghayati  keindahan,  keajaiban, 
kelucuan,  kesedihan  dan  ketidakadilan.  Anak-anak  akan  merasakan  bagaimana 
memikul  penderitaan  dan  mengambil  resiko,  juga  akan  ditantang  untuk 
memimpikan  berbagai  mimpi  serta  merenungkan  dan  mengemukakan  berbagai 
masalah mengenai dirinya sendiri, orang lain dan dunia sekitarnya (Huck, 1987).
Pengalaman  bersastra  di  atas  akan  diperoleh  anak  dari  manfaat  yang 
dikandung  sebuah  karya  sastra  lewat  unsur  intrinsik  di  dalamnya  yakni;  (1) 
memberi  kesenangan,  kegembiraan,  dan  kenikmatan  bagi  anak-anak,  (2) 
mengembangkan  imajinasi  anak  dan  membantu  mereka  mempertimbangkan  dan 
memikirkan alam, kehidupan, pengalaman atau gagasan dengan berbagai cara, (3) 
memberikan pengalaman baru  yang seolah dirasakan dan dialaminya sendiri, (4) 
mengembangkan  wawasan  kehidupan  anak  menjadi  perilaku  kemanusiaan,  (5) 
menyajikan  dan  memperkenalkan  anak  terhadap  pengalaman  universal  dan  (6) 
meneruskan warisan sastra.
Selain  nilai  instrinsik  di  atas,  sastra  anak  juga  bernilai  ekstrinsik  yang 
bermanfaat  untuk  perkembangan  anak  terutama  dalam  hal  (1)  perkembangan 
bahasa,  (2)  perkembangan  kognitif,  (3)  perkembangan  kepribadian,  dan  (4) 
perkembangan  sosial.  Sastra  yang  terwujud  untuk  anak-anak  selain  ditujukan
untuk  mengembangkan  imajinasi,  fantasi  dan  daya  kognisi  yang  akan 
mengarahkan anak pada pemunculan daya kreativitas juga bertujuan mengarahkan 
anak pada pemahaman  yang  baik tentang alam dan  lingkungan serta pengenalan 
pada perasaan dan pikiran tentang diri sendiri maupun orang lain.

3. Variasi Tema dalam Sastra Anak-Anak

Sastra anak-anak yang menunjukkan kepada anak sebagian kecil dunianya 
merupakan  satu  alat  bagi  anak  untuk  memahami  dunia  kecil  yang  belum 
diketahuinya.  Sastra  anak  dapat  dijadikan  sebagi  alat  untuk  memperoleh 
gambaran  dan  kekuatan  dalam  memandang  dan  merasakan  serta  menghadapi 
realitas kehidupan; dalam menghadapi dirinya dan semua yang ada di luar dirinya.
Dunia anak-anak yang berkisar antara masa kanak-kanak yang tumbuh menuju ke 
masa remaja, diantara keluarga dan teman sebaya yang penuh dengan pengalaman 
pribadi membawa warna baru dalam dunia sastra anak-anak khususnya pada cerita 
realistik. 
Cerita realistic sebagai salah satu jenis sastra anak-anak merupakan cerita 
yang sarat dengan isi yang mengarahkan pada proses pemahaman dan pengenalan  
di  atas.  Isi  yang  dimaksud  tergambar  dalam  inti  pokok  tema-tema  cerita  yang 
diungkap. Tema-tema tersebut dapat dibagi dalam beberapa jenis; tema keluarga, 
hidup dengan orang lain (berteman dan  penerimaan oleh teman bermain), tumbuh 
dewasa,  mengatasi  masalah-masalah  manusiawi  dan  hidup  dalam  masyarakat 
majemuk yang memuat perbedaan individu dan kelompok. 
Masalah  keluarga  merupakan  tema  yang  sangat  dekat  dengan  kehidupan 
anak.  Dalam  keluarga,  pribadi  anak  dilatih,  mereka  tumbuh  seiring  dengan 
pemahamannya  akan  cinta  dan  benci,  takut  dan  berani,  serta  suka  dan  sedih. 
Cerita yang memusatkan pada hubungan keluarga yang hangat, terbuka, dan tanpa 
rasa marah akan membantu anak memahami dirinya.Banyak a nak yang khawatir 
dengan  “penerimaan”  (acceptance)  ini.  Tetapi  melalui  kegiatan  membaca  atau 
menyimak cerita dengan tema di atas mereka akan menjadi lebih baik. 

4. Minat dan Faktor Penentu Responsi Anak-anak Terhadap Bacaan Sastra

Seorang  anak  mempunyai  respon  atau  tanggapan  yang  berbeda-beda 
terhadap  sastra.  Dalam  menanggapi  sebuah  bacaan  sastra  yang  didengar  atau 
dibacanya,  masing-masing  anak  mempunyai  cara  tersendiri  dalam 
mengungkapkan kesenangan, pikiran, dan perasaannya. Setiap tanggapan terhadap
sastra  memang  bersifat  personal  dan  khas  untuk  masing-masing  anak,  namun 
demikian setiap tanggapan itu dapat merefleksikan umur dan pengalamannya.
Anak  umur  5  tahun  seringkali  melibatkan  diri  secara  total  dalam  sebuah 
sastra. Anak umur 7  –  8 tahun dapat  menunjukkan kemampuannya untuk berbagi 
temuan  terhadap  cerita  yang  didengar/dibacanya.  Anak  umur  9  –10 tahun  sudah 
memiliki  kesenangan  tertentu  terhadap  cerita,  misalnya  dalam  memilih  tokoh 
yang disenangi ataupun tidak disenangi ataupun  dalam  memilih  buku  yang akan 
dibacanya. Sedangkan anak umur 11  –  12 tahun sudah berhasil menggeneralisasi 
tema yang diambil dari sebuah cerita dan dapat mendiskusikan tujuan pengarang. 
Hal  ini  menunjukkan  bahwa  anak  yang  lebih  dewasa  dapat  menangkap  ide-ide 
cerita  yang  abstrak.Uraian  tentang  tanggapan  anak-anak  terhadap  sastra  di  atas 
dapat  memberi  petunjuk  kepada  guru  dan  pustakawan  dalam  memilih  dan 
menyediakan buku-buku bacaan bagi anak.
Istilah “tanggapan” terhadap karya sastra memiliki  makna  yang beragam. 
“Tanggapan”  dapat  mengacu  pada  apa  yang  terjadi  di  akal  budi  pembaca  atau 
pendengar ketika kisahan/cerita itu tidak bisa ditangkap. “Tanggapan” dapat pula 
mengacu pada sesuatu  yang dikatakan atau dilakukan  sesuai dengan pikiran dan 
perasaan tentang sastra. Guru atau pustakawan  yang  memprediksi  bahwa sebuah 
buku  akan  membawa  tanggapan  yang  bagus,  menggunakan  istilah  “tanggapan” 
yang  sedikit  berbeda  dengan  penjelasan  di  atas.  Menurut  guru  dan  pustakawan, 
tanggapan  menekankan  pada  tingkat  interes  atau  minat  anak  dan  ekspres i 
kesukaan-kesukaannya.
Kebanyakan  penelitian  tentang  anak  dan  sastra  difokuskan  pada  bidang 
tanggapan  ketiga  di  atas,  yakni  untuk  menemukan  bahan  membaca  apa  yang 
disukai dan yang tidak disukai anak. Minat dan kesukaan anak masih merupakan 
perhatian  utama  guru,  pustakawan,  orang  tua,  penerbit,  dan  toko  buku.  Setiap 
orang  yang  memilih  buku-buku  anak  dapat  melakukan  dengan  baik  dengan 
mengetahui  buku-buku  mana  yang  mungkin  cepat  menarik  perhatian  anak-anak 
dan yang mana yang cepat diperkenalkan atau meningkatkan minat baca mereka.
Lingkungan  dan  pengaruh  sosial  juga  mempengaruhi  pilihan  buku  anak 
dan  minat  bacanya.  Minat  tidak  tampak  bervariasi  karena  pengaruh  lokasi 
geografis  yang  sangat  kuat,  tetapi   pengaruh  lingkungan  langsung  yakni 
tersedianya  dan  kelancarannya  bahan-bahan  bacaan  di  rumah,  di  kelas,  pustaka 
sekolah, dan pustaka umum sangat kuat mempengaruhi variasi minat anak.
 Anak anak  yang  di  kelasnya  sering  membicarakan  buku,  bermain  dengan  buku, 
memiliki  interes  yang  lebih  banyak  daripada  yang  kurang/tidak  pernah 
membicarakan buku. Perlu dicatat di sini bahwa pengaruh ini menyangkut kontak 
dengan  buku  dan  seberapa  banyak  sosialisasinya.  Buku-buku  favorit  guru, 
seringkali  menjadi  favorit anak. Hal  ini disebabkan kisah  itu  lebih dekat dengan 
anak  atau  dikarenakan  asosiasi  positifnya  dengan  guru.  Anak-anak  sering 
mempengaruhi  satu  sama  lain  dalam  memilih  buku.  Jenis  bacaan  sastra  yang 
menjadi  faforit  saat  itu;  judul,  pengarang  maupun  topiknya  akan  menjadi  bahan 
pembicaraan di kelas
Rekomendasi  kawan  sebaya,  sangat  penting  untuk  anak-anak  kelas 
tengahan  (kelas  3  –  4)  dalam  memilih  buku-buku  yang  dibaca.  Sedangkan  anak 
kelas 5 – 6 sudah relatif jujur dalam memilih buku-buku yang dibacanya.
Piaget  memberikan  pemahaman  tentang  perkembangan  intelektual  anak.
Salah  satu  gagasan  penting  yang  dikemukakan  Piaget  adalah  bahwa 
perkembangan  intelegensi  merupakan  hasil  interaksi  dari  lingkungan  dan 
kematangan  anak.  Temuan  Piaget  menyebutkan  ada  perbedaan  tahapan  dalam 
perkembangan  berpikir  logis.  Semua  anak  mengalami  tahapan  intelektual  ini 
secara  sama,  dengan  kemajuan  yang  sama  tetapi  tidak  mesti  pada  umur  yang 
sama.  Setiap  tahapan  berhubungan  dengan  tahapan  berikutnya  karena  struktur 
berpikir baru sedang dikembangkan.
Beberapa  pengarang  mengatakan  bahwa  tahapan  ini  berkaitan  dengan 
perkembangan  fisik  dan  otak.  Kalau  hubungan  antara  perkembangan  otak  dan 
perkembangan kognitif  belum ditlaah sepenuhnya, sangat menarik untuk melihat 
bahwa  perkembangan  usia  berhubungan  secara  kasar  dengan  perkembangan 
kognitif yang dideskripsikan Piaget.
Menurut  Piaget,  periode  Sensorimotor  merupakan  periode  awal 
perkembangan kognisi yang ditandai oleh bayi belajar untuk berjalan sekitar umur 
2  tahun.  Anak  belajar  selama  periode  ini  melalui  pengkoordinasian  persepsi 
sensori  dan  kegiatan  motorik.  Pada  usia  1,5  –  2  tahun  anak  senang  dengan 
berbagai  macam  tindakan  atau  rima  permainan.  Mereka  sedikit  sekali 
memperhatikan kata-kata.
Anak  pada  periode  praoperasional  (2  –  7  tahun)  belajar  menyatakan 
dunianya  secara  simbolik  melalui  bahasa,  permainan,  dan  gambar.  Berpikirnya 
masih  egosentris  dan  didasarkan  pada  persepsi  dan  pengalaman  langsung.  Pada 
usia  ini  anak  sudah  mampu  mengembangkan  rangkaian  cerita.  Anak  sudah 
mampu  memahami  struktur  cerita  rakyat  berdasarkan  hubungan  tiga  peristiwa 
dengan  tanjakan laku (rising action). Anak sudah mampu mengantisipasi klimaks 
cerita.
Karakteristik  perkembangan  kognitif  anak  praoperasional  ini  adalah 
kecenderungan  meningkatkan  perkembangan  bahasa  dan  pembentukan  konsep. 
Pada tahap ini anak sudah melakukan proses asimilasi, yakni anak mengasimilasi 
apa  yang  mereka  dengar,  lihat,  dan  rasakan  dengan  menerima  konsep  baru  ke 
dalam skema yang telah dia miliki. Pada masa ini juga terjadi masa akomodasi.
Pada  periode  operasi  kongkret  (7  –  11  tahun),  tanggapan  anak  terhadap 
sastra berubah. Karakteristiknya ditandai oleh pikiran  yang  fleksibel.  Anak -anak 
sudah  mampu  melihat  struktur  sebuah  buku,  misalnya  kisah  dalam  kisah,  alur 
sorot balik, dan mampu mengidentifikasi berbagai sudut pandang cerita.  
Periode  terakhir  adalah  operasi  formal  (11  tahun  ke  atas),  yakni  anak 
sudah mampu berpikir abstrak, bernalar dari hipotesis ke simpulan logis. Mereka 
dapat menangkap rangkaian alur atau subalur dalam rangkaian pikirannya.


*-*


Saya sangat mengapreasikan segala kunjungan , komentar dan kritik pembaca ke Blog CALISTUNG PEMBELAJARAN. Semua itu telah membuat blog Calistung Pembelajaran menjadi lebih baik. Saya mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam tulisan dan berinteraksi.
Semoga bermanfaat.

*Salam Pendidikan*
*kenali peserta didik dengan baik*

0 Response to "Sastra Anak"

Posting Komentar