1. Pengertian Sastra Anak-Anak
Secara konseptual, sastra anak-anak tidak jauh berbeda dengan sastra
orang dewasa (adult literacy). Keduanya sama berada pada wilayah sastra yang
meliputi kehidupan dengan segala perasaan, pikiran dan wawasan kehidupan.
Yang membedakannya hanyalah dalam hal fokus pemberian gambaran kehidupan
yang bermakna bagi anak yang diurai dalam karya tersebut.
Sastra (dalam sastra anak-anak) adalah bentuk kreasi imajinatif dengan
paparan bahasa tertentu yang menggambarkan dunia rekaan, menghadirkan
pemahaman dan pengalaman tertentu, dan mengandung nilai estetika tertentu
yang bisa dibuat oleh orang dewasa ataupun anak-anak. Apakah sastra anak
merupakan sastra yang ditulis oleh orang dewasa yang ditujukan untuk
anak-anak atau sastra yang ditulis anak-anak untuk kalangan mereka sendiri
tidaklah perlu dipersoalkan. Huck (1987) mengemukakan bahwa siapapun yang
menulis sastra anak-anak tidak perlu dipermasalahkan asalkan dalam
penggambarannya ditekankan pada kehidupan anak yang memiliki nilai
kebermaknaan bagi mereka. Sastra anak-anak adalah sastra yang mencerminkan
perasaan dan pengalaman anak-anak melalui pandangan anak-anak (Norton,1993).
Namun demikian, dalam kenyataannya, nilai kebermaknaan bagi anak-anak itu
terkadang dilihat dan diukur dari perspektif orang dewasa.
2. Manfaat Sastra Anak-Anak
Sebagai sebuah karya, sastra anak-anak menjanjikan sesuatu bagi
pembacanya yaitu nilai yang terkandung di dalamnya yang dikemas secara
intrinsik maupun ekstrinsik. Oleh karena itu, kedudukan sastra anak menjadi
penting bagi perkembangan anak. Sebuah karya dengan penggunaan bahasa
yang efektif akan membuahkan pengalaman estetik bagi anak. Penggunaan bahasa
yang imajinatif dapat menghasilkan responsi-responsi intelektual dan emosional
dimana anak akan merasakan dan menghayati peran tokoh dan konflik yang
ditimbulkannya, juga membantu mereka menghayati keindahan, keajaiban,
kelucuan, kesedihan dan ketidakadilan. Anak-anak akan merasakan bagaimana
memikul penderitaan dan mengambil resiko, juga akan ditantang untuk
memimpikan berbagai mimpi serta merenungkan dan mengemukakan berbagai
masalah mengenai dirinya sendiri, orang lain dan dunia sekitarnya (Huck, 1987).
Pengalaman bersastra di atas akan diperoleh anak dari manfaat yang
dikandung sebuah karya sastra lewat unsur intrinsik di dalamnya yakni; (1)
memberi kesenangan, kegembiraan, dan kenikmatan bagi anak-anak, (2)
mengembangkan imajinasi anak dan membantu mereka mempertimbangkan dan
memikirkan alam, kehidupan, pengalaman atau gagasan dengan berbagai cara, (3)
memberikan pengalaman baru yang seolah dirasakan dan dialaminya sendiri, (4)
mengembangkan wawasan kehidupan anak menjadi perilaku kemanusiaan, (5)
menyajikan dan memperkenalkan anak terhadap pengalaman universal dan (6)
meneruskan warisan sastra.
Selain nilai instrinsik di atas, sastra anak juga bernilai ekstrinsik yang
bermanfaat untuk perkembangan anak terutama dalam hal (1) perkembangan
bahasa, (2) perkembangan kognitif, (3) perkembangan kepribadian, dan (4)
perkembangan sosial. Sastra yang terwujud untuk anak-anak selain ditujukan
untuk mengembangkan imajinasi, fantasi dan daya kognisi yang akan
mengarahkan anak pada pemunculan daya kreativitas juga bertujuan mengarahkan
anak pada pemahaman yang baik tentang alam dan lingkungan serta pengenalan
pada perasaan dan pikiran tentang diri sendiri maupun orang lain.
3. Variasi Tema dalam Sastra Anak-Anak
Sastra anak-anak yang menunjukkan kepada anak sebagian kecil dunianya
merupakan satu alat bagi anak untuk memahami dunia kecil yang belum
diketahuinya. Sastra anak dapat dijadikan sebagi alat untuk memperoleh
gambaran dan kekuatan dalam memandang dan merasakan serta menghadapi
realitas kehidupan; dalam menghadapi dirinya dan semua yang ada di luar dirinya.
Dunia anak-anak yang berkisar antara masa kanak-kanak yang tumbuh menuju ke
masa remaja, diantara keluarga dan teman sebaya yang penuh dengan pengalaman
pribadi membawa warna baru dalam dunia sastra anak-anak khususnya pada cerita
realistik.
Cerita realistic sebagai salah satu jenis sastra anak-anak merupakan cerita
yang sarat dengan isi yang mengarahkan pada proses pemahaman dan pengenalan
di atas. Isi yang dimaksud tergambar dalam inti pokok tema-tema cerita yang
diungkap. Tema-tema tersebut dapat dibagi dalam beberapa jenis; tema keluarga,
hidup dengan orang lain (berteman dan penerimaan oleh teman bermain), tumbuh
dewasa, mengatasi masalah-masalah manusiawi dan hidup dalam masyarakat
majemuk yang memuat perbedaan individu dan kelompok.
Masalah keluarga merupakan tema yang sangat dekat dengan kehidupan
anak. Dalam keluarga, pribadi anak dilatih, mereka tumbuh seiring dengan
pemahamannya akan cinta dan benci, takut dan berani, serta suka dan sedih.
Cerita yang memusatkan pada hubungan keluarga yang hangat, terbuka, dan tanpa
rasa marah akan membantu anak memahami dirinya.Banyak a nak yang khawatir
dengan “penerimaan” (acceptance) ini. Tetapi melalui kegiatan membaca atau
menyimak cerita dengan tema di atas mereka akan menjadi lebih baik.
4. Minat dan Faktor Penentu Responsi Anak-anak Terhadap Bacaan Sastra
Seorang anak mempunyai respon atau tanggapan yang berbeda-beda
terhadap sastra. Dalam menanggapi sebuah bacaan sastra yang didengar atau
dibacanya, masing-masing anak mempunyai cara tersendiri dalam
mengungkapkan kesenangan, pikiran, dan perasaannya. Setiap tanggapan terhadap
sastra memang bersifat personal dan khas untuk masing-masing anak, namun
demikian setiap tanggapan itu dapat merefleksikan umur dan pengalamannya.
Anak umur 5 tahun seringkali melibatkan diri secara total dalam sebuah
sastra. Anak umur 7 – 8 tahun dapat menunjukkan kemampuannya untuk berbagi
temuan terhadap cerita yang didengar/dibacanya. Anak umur 9 –10 tahun sudah
memiliki kesenangan tertentu terhadap cerita, misalnya dalam memilih tokoh
yang disenangi ataupun tidak disenangi ataupun dalam memilih buku yang akan
dibacanya. Sedangkan anak umur 11 – 12 tahun sudah berhasil menggeneralisasi
tema yang diambil dari sebuah cerita dan dapat mendiskusikan tujuan pengarang.
Hal ini menunjukkan bahwa anak yang lebih dewasa dapat menangkap ide-ide
cerita yang abstrak.Uraian tentang tanggapan anak-anak terhadap sastra di atas
dapat memberi petunjuk kepada guru dan pustakawan dalam memilih dan
menyediakan buku-buku bacaan bagi anak.
Istilah “tanggapan” terhadap karya sastra memiliki makna yang beragam.
“Tanggapan” dapat mengacu pada apa yang terjadi di akal budi pembaca atau
pendengar ketika kisahan/cerita itu tidak bisa ditangkap. “Tanggapan” dapat pula
mengacu pada sesuatu yang dikatakan atau dilakukan sesuai dengan pikiran dan
perasaan tentang sastra. Guru atau pustakawan yang memprediksi bahwa sebuah
buku akan membawa tanggapan yang bagus, menggunakan istilah “tanggapan”
yang sedikit berbeda dengan penjelasan di atas. Menurut guru dan pustakawan,
tanggapan menekankan pada tingkat interes atau minat anak dan ekspres i
kesukaan-kesukaannya.
Kebanyakan penelitian tentang anak dan sastra difokuskan pada bidang
tanggapan ketiga di atas, yakni untuk menemukan bahan membaca apa yang
disukai dan yang tidak disukai anak. Minat dan kesukaan anak masih merupakan
perhatian utama guru, pustakawan, orang tua, penerbit, dan toko buku. Setiap
orang yang memilih buku-buku anak dapat melakukan dengan baik dengan
mengetahui buku-buku mana yang mungkin cepat menarik perhatian anak-anak
dan yang mana yang cepat diperkenalkan atau meningkatkan minat baca mereka.
Lingkungan dan pengaruh sosial juga mempengaruhi pilihan buku anak
dan minat bacanya. Minat tidak tampak bervariasi karena pengaruh lokasi
geografis yang sangat kuat, tetapi pengaruh lingkungan langsung yakni
tersedianya dan kelancarannya bahan-bahan bacaan di rumah, di kelas, pustaka
sekolah, dan pustaka umum sangat kuat mempengaruhi variasi minat anak.
Anak anak yang di kelasnya sering membicarakan buku, bermain dengan buku,
memiliki interes yang lebih banyak daripada yang kurang/tidak pernah
membicarakan buku. Perlu dicatat di sini bahwa pengaruh ini menyangkut kontak
dengan buku dan seberapa banyak sosialisasinya. Buku-buku favorit guru,
seringkali menjadi favorit anak. Hal ini disebabkan kisah itu lebih dekat dengan
anak atau dikarenakan asosiasi positifnya dengan guru. Anak-anak sering
mempengaruhi satu sama lain dalam memilih buku. Jenis bacaan sastra yang
menjadi faforit saat itu; judul, pengarang maupun topiknya akan menjadi bahan
pembicaraan di kelas
Rekomendasi kawan sebaya, sangat penting untuk anak-anak kelas
tengahan (kelas 3 – 4) dalam memilih buku-buku yang dibaca. Sedangkan anak
kelas 5 – 6 sudah relatif jujur dalam memilih buku-buku yang dibacanya.
Piaget memberikan pemahaman tentang perkembangan intelektual anak.
Salah satu gagasan penting yang dikemukakan Piaget adalah bahwa
perkembangan intelegensi merupakan hasil interaksi dari lingkungan dan
kematangan anak. Temuan Piaget menyebutkan ada perbedaan tahapan dalam
perkembangan berpikir logis. Semua anak mengalami tahapan intelektual ini
secara sama, dengan kemajuan yang sama tetapi tidak mesti pada umur yang
sama. Setiap tahapan berhubungan dengan tahapan berikutnya karena struktur
berpikir baru sedang dikembangkan.
Beberapa pengarang mengatakan bahwa tahapan ini berkaitan dengan
perkembangan fisik dan otak. Kalau hubungan antara perkembangan otak dan
perkembangan kognitif belum ditlaah sepenuhnya, sangat menarik untuk melihat
bahwa perkembangan usia berhubungan secara kasar dengan perkembangan
kognitif yang dideskripsikan Piaget.
Menurut Piaget, periode Sensorimotor merupakan periode awal
perkembangan kognisi yang ditandai oleh bayi belajar untuk berjalan sekitar umur
2 tahun. Anak belajar selama periode ini melalui pengkoordinasian persepsi
sensori dan kegiatan motorik. Pada usia 1,5 – 2 tahun anak senang dengan
berbagai macam tindakan atau rima permainan. Mereka sedikit sekali
memperhatikan kata-kata.
Anak pada periode praoperasional (2 – 7 tahun) belajar menyatakan
dunianya secara simbolik melalui bahasa, permainan, dan gambar. Berpikirnya
masih egosentris dan didasarkan pada persepsi dan pengalaman langsung. Pada
usia ini anak sudah mampu mengembangkan rangkaian cerita. Anak sudah
mampu memahami struktur cerita rakyat berdasarkan hubungan tiga peristiwa
dengan tanjakan laku (rising action). Anak sudah mampu mengantisipasi klimaks
cerita.
Karakteristik perkembangan kognitif anak praoperasional ini adalah
kecenderungan meningkatkan perkembangan bahasa dan pembentukan konsep.
Pada tahap ini anak sudah melakukan proses asimilasi, yakni anak mengasimilasi
apa yang mereka dengar, lihat, dan rasakan dengan menerima konsep baru ke
dalam skema yang telah dia miliki. Pada masa ini juga terjadi masa akomodasi.
Pada periode operasi kongkret (7 – 11 tahun), tanggapan anak terhadap
sastra berubah. Karakteristiknya ditandai oleh pikiran yang fleksibel. Anak -anak
sudah mampu melihat struktur sebuah buku, misalnya kisah dalam kisah, alur
sorot balik, dan mampu mengidentifikasi berbagai sudut pandang cerita.
Periode terakhir adalah operasi formal (11 tahun ke atas), yakni anak
sudah mampu berpikir abstrak, bernalar dari hipotesis ke simpulan logis. Mereka
dapat menangkap rangkaian alur atau subalur dalam rangkaian pikirannya.
*-*
Saya sangat mengapreasikan segala kunjungan , komentar dan kritik pembaca ke Blog CALISTUNG PEMBELAJARAN. Semua itu telah membuat blog Calistung Pembelajaran menjadi lebih baik. Saya mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam tulisan dan berinteraksi.
Semoga bermanfaat.
*Salam Pendidikan*
*kenali peserta didik dengan baik*
0 Response to "Sastra Anak"
Posting Komentar