Jika ingin memasang IKLAN di Blog ini bisa Hub : 085693505299


MINAT !! SIKAT !!!

SELAMAT DATANG DI BLOG CALISTUNG PEMBELAJARAN , SEMOGA APA YANG DI BERIKAN CALISTUNG PEMBELAJARAN INI BISA BERMANFAAT...AMIIIN

Pages

Cerpen Segelintir Catatan Hati yang Menyayat


Calistung Pembelajaran : B. Indonesia

Segelintir Catatan Hati yang Menyayat

Biodata Pengarang :

Nama                         : Leni Marlina
Tanggal Lahir            : 09 Maret 2000
Tanggal Pembuatan   : 18 Agustus 2018

Pendidikan :

SDN Kadu Sempur
SMP 2 Jasinga
SMAN 1 Jasinga
D3 Keperawatan Poltekkes Kemenkes Banten (Sampai Sekarang)


Namaku Reina Azahra, teman-teman sering memanggilku Reina atau Rere. Ayahku bernama Bandi beliau bekerja sebagai pegawai Wiraswasta, Ibuku bernama Lia, kakaku bernama Dika aku dengan kakak hanya berbeda 1 tahun, kami bersekolah di tempat yang sama dan adikku bernama Dani, Dani baru berumur 2 tahun. Keluargaku sangat sederhana bagi kami harta berlimpah adalah ketika kebahagiaan di ciptakan melalui kebersamaan keluarga. Setiap malam keluargaku selalu menyempatkan untuk berkumpul bersama sebelum tidur, membahas halapapun dari rencana mudik hingga hal yang tak jelas sekalipun.

Kedua orang tuaku mendidik anak-anaknya dengan tegas, dan penuh tanggung jawab. Suatu ketika aku membuat kesalahan kemudian ibuku memarahiku tapi dengan sigapnya kakak mengatakan bahwa itu bukanlah kesalahanku melainkan kesalahhannya kakak rela di marahi oleh ibu hanya karna ulahku.Kakak sangat hoby bermain sepak bola, kakak selalu menjadi juara 1 di kelasnya, kakak selalu menjadi anak kebanggaan di keluargaku.  Jujur aku iri karna aku tak bisa seperti kakak tapi bagaimanapun dia adalah kakaku, kakak terbaik yang tak pernah Bosan memberikan nasihatnya untukku.

Kakaku selalu mengatakan"kerjarlah cita-cita meski itu setinggi langit,Semua orang bisa sukses bukan  karena mereka memiliki banyak uang melainkan memiliki kemauan dan terus berusaha". Dia sangat ingin menjadi Atlet sepak bola hingga suatu hari kakak mengikuti pertandingan Futsal antar sekolah kemudian kakak dan timnya berhasil meraih juara 1. Sekolahpun mengapresiasi atas kemenangan tersebut dengan cara mendaftarkan kakak dan timnya ke sekolah Atlet melalui jalur Prestasi. Banyak rangkaian tes yang harus di jalani termasuk uji kesehatan.  Setelah menjalani uji kesehatan dokter menyatakan bahwa kakaku baik-baik saja tak ada penyakit yang di deritanya.

Dari sekian banyak yang mendaftar yang di nyatakan lolos hanya 80 orang termasuk kakaku suatu kebnggaan bukan masuk sekolah Atlet Sepak bola melalui jalur prestasi. Setelah di nyatakan lolos 2 hari berikutnya sekolahpun dimulai kini aku dengannya tak lagi sama mengenakan seragam yang sama dia sudah mengenakan putih Abu. Selama 3 hari semuanya berjalan lancar, tapi tidak dengan hari ke-4. Setelah aku pulang sekolah tiba-tiba kakakku pulang di antar temannya,  teman kakak berkata bahwa tadi kakak saat belajar merasa pusing dan tubuhnya demam. Setelah mendengar cerita tersebut orangtuaku segera membawa kakak ke Dokter untuk di periksa Dokter hanya mengatakan bahwa kakak terkena magh dan kurang istirahat. Setelah 2 hari berobat keadaan kakak malah semakin memburuk bahkan kakak sering berbicara tidak jelas ketika tidur.



Akhirnya orangtuaku memutuskan untuk membawa kakak ke kampung halaman dan mengobatinya di sana, ketika berobat kembali Dokter mengatakan bahwa kakaku Usus buntu dan harus segera di Oprasi karena puskesmas tidak sanggup dan menganggap bahwa orang tuaku tak sanggup membayarnya sehingga kakak harus di rujuk ke Rumah sakit lain, mendengar perkataan Dokter seperti itu maka kakaku segera di rujuk ke rumah sakit terdekat namun sudah 3 rumah sakit tak ada yang sanggup untuk mengatasinya pada akhirnya kakak di bawa ke RS. Islam Bogor, sesampainya di rumah sakit Dokter langsung memeriksa keadaan kakak kemudian Dokter memrintahkan untuk di cek laboratorium dan rontgen. Ketika menunggu hasil laboratorium dan rontgen kakak kehilangan kesadaran kemudian segera di bawa ke ruang ICU.

Setelah hasil labolatorium dan rontgen keluar Dokter mengatakan kakak terkena kanker Otak stadium 4 dan infeksi paru-paru, bagaimana bisa separah ini sementara saat uji kesehatan sebelum masuk sekolah Atlet kakak di nyatakan baik-baik saja. Mendengar kabar tersebut hatiku sesak begitu perih seperti sayatan yang mengiris seakan tak ada lagi oksigen yang bisaku hirup. Otakku kembali di sibukkan dengan berbagai pertanyaan mengapa semua ini bisa terjadi. 3 hari kemudian kakak sadar dari komanya, hal ini tentu membuatku sangat bahagia malam yang hangat tentu membuat suasana semakin mendukung. aku rindu candanya aku rindu nasihatnya dan aku rindu semua yang ada pada dirinya saat itu kebahagiaanku mungkin tak bisa di ungkapkan oleh kata kata.

Disisi lain hatiku hancur melihat keadaannya yang kini sudah di penuhi dengan selang, entah itu selang oksigen, selang impus selang untuk buang air kecil dan selang untuk memasukan makannnya karena kakak sudah tak bisa memakan melalui mulutnya sehingga harus menggunakna selang. aku menatap kakak dengan senyum yang tak dapat di artikan di sudut mataku kini sudah banyak cairan yang siap terjun ketika tatapan kami saling bertemu terlihat lengkungan manis di bibirnya kemudian mengisyartkan aku untuk duduk di sampingnya.

Kakak membuka selang oksigennya "Jangan sedih aku baik-baik saja" katanya dengan senyuman yang begitu manis,  bagaimana bisa dia berkata baik-baik saja saat tubuhnya sudah melemah dan hanya berbaring seperti ini. Aku hanya terdiam kemudian kakak membelai wajahku dan menyeka air di sudut mataku sembari berkata ”takdir itu adalah ketentuan dari yang maha kuasa, jangan terlalu larut menangisiku cantikmu hilang pipimu memerah, ketahuilah aku sangat sayang padamu jaga dirimu baik-baik jaga kesehatanmu jangan sampai sepertiku, jangan pernah menyerah dalam menjalani hidup, kejar terus impianmu aku akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu’’ mengapa mendengarnya berbicara seperti itu membuat hatiku sesak.Tak ada jawaban yang aku berikan air mataku ini semakin deras membasahi pipi.



            Tanpa di sadari malam sudah larut, Akhirnya aku memutuskan untuk pulang. Ketika aku hendak pulang bersama ibu dan adikku, kakak meminta ikut pulang, kemudian  ibu berkata ”kakak jangan dulu pulang nanti kalau kakak sudah sembuh total baru kakak ikut pulang” kemudian kakak menjawab “aku ingin pulang sekarang bu nanti aku pulangnya bukan kerumah” aku tidak memahami apa arti dari ucapannya itu ibu kemudian bersalaman dengan kakak begitupula denganku. Ternyata setelah aku dan ibu menuruni anak tangga kakak kembali koma tetapi ayah tidak memberitahu ibu dan aku. Setelah tak sadarkan diri kakak kembali sadar pukul 16:00 pada saat itu kakak hanya meminta untuk pulang kemudian ayah menelpon paman agar segera membawa mobil untuk menjemput kakak ayah melakukan itu karna pihak rumah sakit sudah menyerah.

            Tepat pukul 18:55 kakak mengisyaratkan agar ayah menelpon ibu kakak tak bicara sepatah katapun, kemudian Ayah menelpon ibu "assalamu'alaikum bu ini kakak ingin bicara dengan ibu"."Waalaikum salam iya pak" jawab ibu. Setelah Handphone tersebut di dekatkan kepada kakak, kakak langsung berbicara "bu maafkan kakak ya kakak banyak salah sama ibu" mendengar ucapan kakak ibu langsung menangis belum sempat ibu menjawab terdengar suara kegaduhan dari handphone tersebut aku ikut mendengarkannya yang memang kebetulan suaranya di speaker 15 detik kemudian terdengar suara Dokter yang mengatakan "Bismillah'hirahman'nirahim pada sabtu malam pukul 19:00 WIB pasien dengan nama Dika Ardika dinyatakan meninggal karena kanker Otak stadium 4 dan Infeksi paru-paru".

            Kuharap apa yang telah kudengar tadi hanyalah salah mendengar tapi kini semua orang yang berada di sekitarku sudah menangis. Tatapanku kosong menerawang ntah kemana. Aku tahu, setiap ada kata selamat datang pasti akan ada kata selamat jalan, tetapi aku tidak tahu kalau rasa sakitnya seperti ini. Ini sangat menyakitkan air di sudut mataku semakin deras terjatuh, seakan tak ingin berhenti lolos begitu saja tanpa ada penyeka. tepat pukul 22:00 terdengar ambulance, tangisku semakin pecah aku benci mendengar suara ambulance, aku benci di tinggalkan, aku terduduk lemah di hadapan seseorang yang begitu aku sayangi dia kini tak lagi berbicara tak lagi bisa melihatku bahkan ku paksa untuk bangunpun dia hanya terkujur kaku .


            Kini tiba perpisahan yang sebenarnya aku melangkah dengan lemas menghantarkan jenzah kakak ke tempat peristirahatannya mataku kini sudah sembab, tangisku yang pecah tak lagi terdengar hanya bulir air mata yang menetes seakan mengisyaratkan aku sudah cukup terluka dengan kenyataan ini. Samapi setelah pemakaman selesai aku terduduk dan menaburkan bunga sembari berkata "setelah kejadian ini aku ingin menjadi tenaga medis agar aku bisa membantu orang-orang yang sakit memberikan kepastian penyakit apa yang di deritanya tak perduli mereka memiliki biaya atau tidak yang pasti sesama manusia harus saling membantu aku hanya tak ingin orang miskin yang sakit tidak bisa berobat hanya karena tak mempunyai uang,  doakan aku ka semoga aku bisa mencapai cita-citaku agar aku bisa membantu banyak orang dan membuat ayah dan ibu bangga". Kemudian aku pergi meninggalkan pemakman tersebut dengan berat hati.


            Hari-hari terus berlalu masih ku ingat malam terakhir kita bertemu, malam yang hangat dan sangat mendukung susasana tersebut  yang tak pernah ku sangka akan menjadi nasihat terakhirmu untukku. Sama sekali tak pernah ku duga nasihat malam itu akan menjadi cerita yang  mengalirkan air mata. kepergianmu serupa kabut pagi yang di tampar mentri, hilang seketika tak berbekas.  Berupa mimpi yang musnah sesaat setelah mata terbuka. Kadang kembali ku tutup mataku, mungkin dengan demikian kau akan kembali muncul menemani sekejap. Namun, lagi-lagi kau hilang bahkan ku tengok setiap ruang dalam  kepalaku kau tak ada, aku kehilanganmu sebelum aku membuatmu bangga.

            Kini aku telah berjuang untuk menggapai cita citaku aku saat ini menjadi mahasiswi Keperawatan di salah satu Politeknik kesehatan yang ada di Indonesia aku akan terus berusaha menjadi tim medis untuk menepati janjiku pada kakak bagiku pengalaman paling berharga adalah kehilangan meski terkadang detik-detik kehilangan itu kembali menyeruak lirih namun sangat perih, kepingan kenangan perlahan meminta ingatanku untuk mencumbunya lagi sesuatu yang tak pernah di sangka menyisakan luka namun nyata. apalah arti kesedihan jika tak mampu merubah keadaan, apalah arti kehilangan jika tak mampu mengubah kesadaran perlahan-lahan aku sudah mengikhlaskan semuanya aku percaya ini adalah rencana Allah SWT yang terbaik selalu ada hikmah di balik suatu kejadian dan Allah tidak akan memberi cobaan di luar batas kemampuanhambanya.


*-*

Saya sangat mengapreasikan segala kunjungan , komentar dan kritik pembaca ke Blog CALISTUNG PEMBELAJARAN. Semua itu telah membuat blog Calistung Pembelajaran menjadi lebih baik. Saya mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam tulisan dan berinteraksi.
Semoga bermanfaat.

*Allah mempunyai rencana yang terbaik*
*Cerpen ini sudah mendapat izin dari pengarangnya*

1 Response to "Cerpen Segelintir Catatan Hati yang Menyayat"