Calistung Pembelajaran : B. Indonesia
Segelintir Catatan Hati yang
Menyayat
Nama : Leni Marlina
Tanggal Lahir : 09 Maret 2000
Tanggal Pembuatan : 18 Agustus 2018
Pendidikan :
SDN Kadu Sempur
SMP 2 Jasinga
SMP 2 Jasinga
SMAN 1 Jasinga
D3 Keperawatan Poltekkes Kemenkes Banten (Sampai Sekarang)
D3 Keperawatan Poltekkes Kemenkes Banten (Sampai Sekarang)
Namaku Reina Azahra, teman-teman sering memanggilku Reina atau Rere.
Ayahku bernama Bandi beliau bekerja sebagai pegawai
Wiraswasta, Ibuku bernama Lia, kakaku bernama Dika aku dengan kakak hanya
berbeda 1 tahun, kami bersekolah di tempat yang sama dan adikku bernama Dani,
Dani baru berumur 2 tahun. Keluargaku sangat sederhana bagi kami harta
berlimpah adalah ketika kebahagiaan di ciptakan melalui kebersamaan keluarga.
Setiap malam keluargaku selalu menyempatkan untuk berkumpul bersama sebelum
tidur, membahas halapapun dari rencana mudik hingga hal yang tak jelas
sekalipun.
Kedua orang tuaku mendidik anak-anaknya dengan tegas, dan penuh
tanggung jawab. Suatu ketika aku membuat kesalahan kemudian ibuku memarahiku
tapi dengan sigapnya kakak mengatakan bahwa itu bukanlah kesalahanku melainkan
kesalahhannya kakak rela di marahi oleh ibu hanya karna ulahku.Kakak sangat
hoby bermain sepak bola, kakak selalu menjadi juara 1 di kelasnya, kakak selalu
menjadi anak kebanggaan di keluargaku.
Jujur aku iri karna aku tak bisa seperti kakak tapi bagaimanapun dia
adalah kakaku, kakak terbaik yang tak pernah Bosan memberikan nasihatnya
untukku.
Kakaku selalu mengatakan"kerjarlah cita-cita meski itu setinggi
langit,Semua orang bisa sukses bukan
karena mereka memiliki banyak uang melainkan memiliki kemauan dan terus
berusaha". Dia sangat ingin menjadi Atlet sepak bola hingga suatu hari
kakak mengikuti pertandingan Futsal antar sekolah kemudian kakak dan timnya
berhasil meraih juara 1. Sekolahpun mengapresiasi atas kemenangan tersebut
dengan cara mendaftarkan kakak dan timnya ke sekolah Atlet melalui jalur
Prestasi. Banyak rangkaian tes yang harus di jalani termasuk uji kesehatan. Setelah menjalani uji kesehatan dokter
menyatakan bahwa kakaku baik-baik saja tak ada penyakit yang di deritanya.
Dari sekian banyak yang mendaftar yang di nyatakan lolos hanya 80
orang termasuk kakaku suatu kebnggaan bukan masuk sekolah Atlet Sepak bola
melalui jalur prestasi. Setelah di nyatakan lolos 2 hari berikutnya sekolahpun
dimulai kini aku dengannya tak lagi sama mengenakan seragam yang sama dia sudah
mengenakan putih Abu. Selama 3 hari semuanya berjalan lancar, tapi tidak dengan
hari ke-4. Setelah aku pulang sekolah tiba-tiba kakakku pulang di antar
temannya, teman kakak berkata bahwa tadi
kakak saat belajar merasa pusing dan tubuhnya demam. Setelah mendengar cerita
tersebut orangtuaku segera membawa kakak ke Dokter untuk di periksa Dokter
hanya mengatakan bahwa kakak terkena magh dan kurang istirahat. Setelah 2 hari
berobat keadaan kakak malah semakin memburuk bahkan kakak sering berbicara
tidak jelas ketika tidur.
Akhirnya orangtuaku memutuskan untuk membawa kakak ke kampung
halaman dan mengobatinya di sana, ketika berobat kembali Dokter mengatakan
bahwa kakaku Usus buntu dan harus segera di Oprasi karena puskesmas tidak
sanggup dan menganggap bahwa orang tuaku tak sanggup membayarnya sehingga kakak
harus di rujuk ke Rumah sakit lain, mendengar perkataan Dokter seperti itu maka
kakaku segera di rujuk ke rumah sakit terdekat namun sudah 3 rumah sakit tak
ada yang sanggup untuk mengatasinya pada akhirnya kakak di bawa ke RS. Islam
Bogor, sesampainya di rumah sakit Dokter langsung memeriksa keadaan kakak
kemudian Dokter memrintahkan untuk di cek laboratorium dan rontgen. Ketika
menunggu hasil laboratorium dan rontgen kakak kehilangan kesadaran kemudian
segera di bawa ke ruang ICU.
Setelah hasil labolatorium dan rontgen keluar Dokter mengatakan
kakak terkena kanker Otak stadium 4 dan infeksi paru-paru, bagaimana bisa
separah ini sementara saat uji kesehatan sebelum masuk sekolah Atlet kakak di
nyatakan baik-baik saja. Mendengar kabar tersebut hatiku sesak begitu perih
seperti sayatan yang mengiris seakan tak ada lagi oksigen yang bisaku hirup.
Otakku kembali di sibukkan dengan berbagai pertanyaan mengapa semua ini bisa
terjadi. 3 hari kemudian kakak sadar dari komanya, hal ini tentu membuatku
sangat bahagia malam yang hangat tentu membuat suasana semakin mendukung. aku rindu
candanya aku rindu nasihatnya dan aku rindu semua yang ada pada dirinya saat
itu kebahagiaanku mungkin tak bisa di ungkapkan oleh kata kata.
Disisi lain hatiku hancur melihat keadaannya yang kini sudah di
penuhi dengan selang, entah itu selang oksigen, selang impus selang untuk buang
air kecil dan selang untuk memasukan makannnya karena kakak sudah tak bisa
memakan melalui mulutnya sehingga harus menggunakna selang. aku menatap kakak
dengan senyum yang tak dapat di artikan di sudut mataku kini sudah banyak
cairan yang siap terjun ketika tatapan kami saling bertemu terlihat lengkungan
manis di bibirnya kemudian mengisyartkan aku untuk duduk di sampingnya.
Kakak membuka selang oksigennya "Jangan sedih aku baik-baik
saja" katanya dengan senyuman yang begitu manis, bagaimana bisa dia berkata baik-baik saja
saat tubuhnya sudah melemah dan hanya berbaring seperti ini. Aku hanya terdiam
kemudian kakak membelai wajahku dan menyeka air di sudut mataku sembari berkata
”takdir itu adalah ketentuan dari yang maha kuasa, jangan terlalu larut
menangisiku cantikmu hilang pipimu memerah, ketahuilah aku sangat sayang padamu
jaga dirimu baik-baik jaga kesehatanmu jangan sampai sepertiku, jangan pernah
menyerah dalam menjalani hidup, kejar terus impianmu aku akan selalu mendoakan
yang terbaik untukmu’’ mengapa mendengarnya berbicara seperti itu membuat
hatiku sesak.Tak ada jawaban yang aku berikan air mataku ini semakin deras
membasahi pipi.
Tanpa di sadari malam sudah larut,
Akhirnya aku memutuskan untuk pulang. Ketika aku hendak pulang bersama ibu dan
adikku, kakak meminta ikut pulang, kemudian
ibu berkata ”kakak jangan dulu pulang nanti kalau kakak sudah sembuh
total baru kakak ikut pulang” kemudian kakak menjawab “aku ingin pulang
sekarang bu nanti aku pulangnya bukan kerumah” aku tidak memahami apa arti dari
ucapannya itu ibu kemudian bersalaman dengan kakak begitupula denganku.
Ternyata setelah aku dan ibu menuruni anak tangga kakak kembali koma tetapi
ayah tidak memberitahu ibu dan aku. Setelah tak sadarkan diri kakak kembali
sadar pukul 16:00 pada saat itu kakak hanya meminta untuk pulang kemudian ayah
menelpon paman agar segera membawa mobil untuk menjemput kakak ayah melakukan
itu karna pihak rumah sakit sudah menyerah.
Tepat pukul 18:55 kakak
mengisyaratkan agar ayah menelpon ibu kakak tak bicara sepatah katapun,
kemudian Ayah menelpon ibu "assalamu'alaikum bu ini kakak ingin bicara
dengan ibu"."Waalaikum salam iya pak" jawab ibu. Setelah
Handphone tersebut di dekatkan kepada kakak, kakak langsung berbicara "bu
maafkan kakak ya kakak banyak salah sama ibu" mendengar ucapan kakak ibu
langsung menangis belum sempat ibu menjawab terdengar suara kegaduhan dari
handphone tersebut aku ikut mendengarkannya yang memang kebetulan suaranya di
speaker 15 detik kemudian terdengar suara Dokter yang mengatakan
"Bismillah'hirahman'nirahim pada sabtu malam pukul 19:00 WIB pasien dengan
nama Dika Ardika dinyatakan meninggal karena kanker Otak stadium 4 dan Infeksi
paru-paru".
Kuharap apa yang telah kudengar tadi
hanyalah salah mendengar tapi kini semua orang yang berada di sekitarku sudah
menangis. Tatapanku kosong menerawang ntah kemana. Aku tahu, setiap ada kata
selamat datang pasti akan ada kata selamat jalan, tetapi aku tidak tahu kalau
rasa sakitnya seperti ini. Ini sangat menyakitkan air di sudut mataku semakin
deras terjatuh, seakan tak ingin berhenti lolos begitu saja tanpa ada penyeka.
tepat pukul 22:00 terdengar ambulance, tangisku semakin pecah aku benci
mendengar suara ambulance, aku benci di tinggalkan, aku terduduk lemah di
hadapan seseorang yang begitu aku sayangi dia kini tak lagi berbicara tak lagi
bisa melihatku bahkan ku paksa untuk bangunpun dia hanya terkujur kaku .
Kini tiba perpisahan yang sebenarnya
aku melangkah dengan lemas menghantarkan jenzah kakak ke tempat
peristirahatannya mataku kini sudah sembab, tangisku yang pecah tak lagi
terdengar hanya bulir air mata yang menetes seakan mengisyaratkan aku sudah
cukup terluka dengan kenyataan ini. Samapi setelah pemakaman selesai aku
terduduk dan menaburkan bunga sembari berkata "setelah kejadian ini aku
ingin menjadi tenaga medis agar aku bisa membantu orang-orang yang sakit
memberikan kepastian penyakit apa yang di deritanya tak perduli mereka memiliki
biaya atau tidak yang pasti sesama manusia harus saling membantu aku hanya tak
ingin orang miskin yang sakit tidak bisa berobat hanya karena tak mempunyai
uang, doakan aku ka semoga aku bisa
mencapai cita-citaku agar aku bisa membantu banyak orang dan membuat ayah dan ibu
bangga". Kemudian aku pergi meninggalkan pemakman tersebut dengan berat
hati.
Hari-hari terus berlalu masih ku
ingat malam terakhir kita bertemu, malam yang hangat dan sangat mendukung
susasana tersebut yang tak pernah ku
sangka akan menjadi nasihat terakhirmu untukku. Sama sekali tak pernah ku duga
nasihat malam itu akan menjadi cerita yang
mengalirkan air mata. kepergianmu serupa kabut pagi yang di tampar
mentri, hilang seketika tak berbekas.
Berupa mimpi yang musnah sesaat setelah mata terbuka. Kadang kembali ku
tutup mataku, mungkin dengan demikian kau akan kembali muncul menemani sekejap.
Namun, lagi-lagi kau hilang bahkan ku tengok setiap ruang dalam kepalaku kau tak ada, aku kehilanganmu
sebelum aku membuatmu bangga.
Kini aku telah berjuang untuk
menggapai cita citaku aku saat ini menjadi mahasiswi Keperawatan di salah satu
Politeknik kesehatan yang ada di Indonesia aku akan terus berusaha menjadi tim
medis untuk menepati janjiku pada kakak bagiku pengalaman paling berharga
adalah kehilangan meski terkadang detik-detik kehilangan itu kembali menyeruak
lirih namun sangat perih, kepingan kenangan perlahan meminta ingatanku untuk
mencumbunya lagi sesuatu yang tak pernah di sangka menyisakan luka namun nyata.
apalah arti kesedihan jika tak mampu merubah keadaan, apalah arti kehilangan
jika tak mampu mengubah kesadaran perlahan-lahan aku sudah mengikhlaskan
semuanya aku percaya ini adalah rencana Allah SWT yang terbaik selalu ada
hikmah di balik suatu kejadian dan Allah tidak akan memberi cobaan di luar
batas kemampuanhambanya.
*-*
Saya sangat mengapreasikan segala kunjungan , komentar dan kritik pembaca ke Blog CALISTUNG PEMBELAJARAN. Semua itu telah membuat blog Calistung Pembelajaran menjadi lebih baik. Saya mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam tulisan dan berinteraksi.
Semoga bermanfaat.
*Allah mempunyai rencana yang terbaik*
*Cerpen ini sudah mendapat izin dari pengarangnya*
Yang romantis nya buat bang
BalasHapus